Prabowo Subianto |
Saya harus angkat secangkir kopi
pada timses Anies kali ini. Gerakan senyap mereka tidak mengandalkan sosok
Anies sebagai faktor utama tetapi mengandalkan militansi dan soliditas gerakan
arus bawah dalam melakukan gerilya.
Ahok memang raja media. Sulit
mengalahkan Ahok jika Anies harus head to head di media. Kemampuan Ahok dalam
mengolah semua gerakan sehingga diserap oleh media adalah kekuatan utamanya.
Ini yang berusaha direbut Agus. Dan ini jugalah yang disadari betul oleh timses
Anies.
Karena itu -alih-alih ikut perang
yang dilancarkan Agus terhadap Ahok- timses Anies lebih memusatkan serangannya
melalui gerilya. Tidak terlihat banyak muncul di media saat ramai-ramainya
kasus aksi massa, membuat Anies menjadi sosok yang tidak diperhitungkan.
Yang menarik, dalam kasus
penistaan agama ini, timses Anies memanfaatkan Prabowo sebagai tokoh kunci.
Kunjungan Prabowo ke Jokowi menaikkan ritme dalam gerakan gerilya mereka. Orang
kembali diingatkan bahwa Prabowo ada dan Prabowo muncul sebagai tokoh yang
menyejukkan.
Prabowo-lah yang menjadi alasan
terbesar banyak pemilih untuk mencoblos Anies. Ini masih berkaitan dgn pilpres
2014 dimana pendukung Prabowo ternyata masih solid ditambah mesin PKS juga
masih bekerja efektif.
Ini menjawab pertanyaan saya
kenapa PKS akhir-akhir ini tidak banyak terlihat di permukaan. Mereka
bergerilya. PKS yang pilpres lalu memainkan pasukan cybernya yang menakutkan,
kini merubah strateginya dengan turun ke arus bawah.
Karena itulah timses Anies
menyasar kampung-kampung di Jakarta melalui masjid-masjid dan mushola kecil.
Mesin uang mereka bekerja disini. Melalui pengurus masjid dikampung-kampung
mereka memanfaatkan kelemahan Agus yang hanya berinteraksi debgan pimpinan atas
ormas-ormas Islam.
Para pengurus masjid yang dulu
juga pemilih Prabowo diingatkan kembali bahwa memilih Anies akan memenangkan
Prabowo dalam pilpres 2019. Prabowo adalah jualan terbesar mereka.
Dengan memanfaatkan pengurus
masjid-masjid kecil di gang-gang di sudut Jakarta yang terlupakan oleh Agus,
mereka merapatkan barisan sambil sesekali ikut berselancar saat aksi massa
besar.
Disini terlihat pintarnya timses
Anies dan ruginya Agus yang mengeluarkan biaya begitu besar. Perhatikan,
munculnya Prabowo ke istana berkat aksi massa yang didukung dan dibiayai
kelompok Agus.
Ah, itu strategi yang cantik sekali
dan baru disadari di kemudian hari. Prabowo menuai pujian dari pendukung Ahok
juga dan merebut hati massa Islam yang tidak suka dengan kekerasan.
Meskipun berbeda pandangan, saya
sangat menghormati strategi lawan ini. Dan menjadi catatan saya dalam mengamati
langkah-langkah di setiap pertarungan.