Dedi Mulyadi |
Sebuah pesan masuk, "Bang,
Purwakarta dapat penghargaan Harmoni sebagai wilayah yang toleran.."
Saya tersenyum bacanya. Sudah
seharusnya. Purwakarta sudah berjuang keras untuk itu. Saya terngiang kata2
Kang Dedi Mulyadi Bupati Purwakarta waktu kami berbincang, "Toleransi itu
harus diperjuangkan, bukan hanya diucapkan.."
Selama dua periode menjabat, Kang
Dedi Mulyadi harus berjibaku melawan intoleransi yang tumbuh massif di Jawa
Barat. Ormas-ormas radikal berbaju agama di sekitar Purwakarta tumbuh kencang.
Bukan tanpa resiko ia berjuang
seperti itu. Ia dijadikan musuh besar bagi FPI. Patung di Purwakarta di rusak.
Bahkan ia pernah dikejar-kejar oleh FPI saat menjadi pembicara di TIM, Jakarta.
Dan tudingan bahwa ia musyrik,
penyembah patung, begitu melekat pada dirinya. Fitnah yang dibangun dalam usaha
membunuh karakternya.
"Saya siap tidak
populer.." Katanya.
Dan memang pada masa itu, saat
ormas garis keras dipelihara oleh para penguasa, siapapun yang berhadapan dengan
mereka harus siap tidak populer. Bahkan beberapa kepala daerah harus
bergandengan tangan dengan ormas garis keras hanya supaya tidak kehilangan
suara.
Dedi Mulyadi tidak menyerah. Ia
masuk ke sudut-sudut desa, mengetuk pintu-pintu rumah rakyat kecil, berbicara dengan
mereka, untuk mengenalkan arti toleransi kepada sesama manusia. Rakyat
Purwakarta jatuh cinta padanya. Karena itu, ia tetap ada di sana meski fitnah
massif terus menghantamnya.
Dan pada masa pemerintahan Jokowi
inilah, namanya mengharum. Kementerian agama merespon perjuangan beberapa
wilayah di Indonesia yang berhasil menjaga kerukunan agama dengan "Harmony
awards".
Saya yakin, Dedi Mulyadi tidak
mengharapkan awards apapun untuk perjuangannya, karena bukan itu yang
terpenting. Yang paling penting adalah menunjukkan kepada seluruh kepala daerah
di Jawa Barat bagaimana seharusnya bekerja.
Jawa Barat selama ini banyak
menyabet gelar juara. Juara provinsi dengan tingkat intoleransi tertinggi.
Juara penduduk miskin terbanyak. Juara pungli terbanyak di Indonesia. Prestasi
yang membanggakan ketika PKS berkuasa.
Dan dengan gelar juara-juara itu,
penghargaan Purwakarta sebagai wilayah yang "paling rukun umatnya"
versi Menteri Agama, tentu kurang menarik bagi Jawa Barat.
"Rukun doang, gada
duitnya.." begitu mungkin kata rata-rata para pejabat di Jawa Barat yang
sekarang meringkuk di balik penjara karena korupsi sebanyak-banyaknya.
Selamat ya Kang Dedi Mulyadi atas
penghargaannya. Selamat untuk warga Purwakarta, warga desa Galia, yang mampu
menjunjung kerukunan di provinsi yang intoleran. Kalian memang sejak kecil
sudah jatuh di panci ramuan ajaib..